Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Jumat, 03 Mei 2013

Belajar Berdoa


Ahmad, seorang anak berusia 8 tahun, mengikuti lomba balap mobil-mobilan. Mobilnya dibuat dari kayu bercat biru, dengan garis merah di atas dan hiasan lampu.  Ahmad berhasil mengalahkan banyak peserta, sehingga akhirnya ia masuk ke babak final bersama tiga peserta lainnya.  Dibanding mobil ketiga peserta yang lain, mobil Ahmad terlihat paling sederhana. Tanpa warna-warni gemerlap, tanpa gambar robot atau bintang-bintang, dan tanpa aksesoris yang mahal-mahal.  Ahmad agak gelisah dan minder.  Penonton pun melihat bahwa tingkah Ahmad sangat tidak meyakinkan. Menjelang peluit ditiup, Ahmad mengacungkan tangan dan minta diberi waktu sebentar. Ia menadahkan tangan dan mulutnya berkomat-kamit seperti sedang berdoa.  Sesaat kemudian ia tampak tenang dan mempersilakan panitia memulai perlombaan.  Keempat peserta adalah peserta yang telah berhasil melewati babak-babak penyisihan yang berat, sehingga pertarungan antar mereka sangat seru.  Penonton berteriak-teriak memberi semangat.  Menjelang finish ternyata mobil Ahmad melaju sedikit lebih cepat sehingga dengan selang beberapa detik Ahmad menjadi juara pertama.  Ketika panitia akan mengalungkan medali, ia mengambil mikrofon dan bertanya,"Tadi Ahmad minta waktu untuk berdoa sebelum peluit ditiup. Apakah Ahmad minta supaya bisa menang?"  Dengan tersipu-sipu Ahmad menjawab, "Ah, tidak… kalau saya minta menang berarti saya minta supaya teman-teman saya kalah. Saya… saya hanya berdoa agar kalau saya kalah saya tidak menangis…."  Penonton terdiam sejenak mendengar jawaban polos Ahmad, sebelum kemudian bertepuk meriah sambil beberapa orang menyeka sudut matanya…  ========================== Teman-teman, kita sebenarnya sudah lebih dewasa dari Ahmad, tetapi kadang kita tidak bisa bersikap seperti dia:  1. berdoa pada saat membutuhkan  2. tidak berdoa untuk kejatuhan orang lain  3. menjadi tenang setelah membaca doa  4. dan lain-lain...  Mudah-mudahan bermanfaat… 

0 komentar:

Posting Komentar