Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

Sabtu, 23 Februari 2013

HIPNOSIS, BUKAN SULAP BUKAN SIHIR


Lantaran proses hipnosis tidak gampang dimengerti, banyak orang lalu menganggapnya sebagai magis. Apalagi di pusat-pusat keramaian, ilmu kuno ini suka dipakai untuk menipu orang. Hati-hatilah Anda yang bertemperamen emosional, soalnya terbukti gampang dihipnosis.
maya3.gif (62490 bytes)
maya4.gif (23658 bytes)
TIGA TAHAP HIPNOSIS
  • Memusatkan perhatian pada suatu objek atau suara.
  • Rileks, sehingga napas dan denyut nadi menjadi perlahan, serta hormon stres tidak berproduksi.
  • Sugesti terapis: cabang batang tenggorokan membuka lebar dan produksi asam lambung turun.
maya2.gif (60879 bytes)

Dengan eye roll test terlihat, bagian pupil mata yang menghilang lebih banyak pada mereka yang mudah dihipnosis.
maya1.gif (45317 bytes)
Di laboratorium Universitas Tubingen, Jerman, dukun asal Maroko ini mempertontonkan kebolehannya. Dari EEG tampak bahwa tubuh tetap dalam keadaan aktif tetapi otak dalam keadaan tidur mikro.
maya5.gif (40067 bytes)

Di tempat pemujaan di Yunani, pasien "dibius" dengan hipnosis.
Di pagi yang dingin di pertengahan abad XIX, empat orang berjalan menuju halaman penjara Brussels. Mereka adalah dr. D yang mendalami hipnosis, Antoine Joseph Wiertz, pelukis kondang asal Belgia, dan dua orang koleganya. Kedatangan keempat orang itu untuk melakukan eksperimen yang tak lazim. Wiertz akan dihipnosis oleh dr. D agar ia mengidentikkan diri dengan terpidana yang akan dipenggal kepalanya dengan pisau guillotine. Wiertz memang telah lama menyimpan pertanyaan, apakah kepala masih tetap dalam kesadaran penuh saat pisau maut itu menghunjam tubuh dan memisahkan kepala dari badan? Dalam skenario yang disusun rinci oleh dokter, Wiertz akan diperintahkan untuk menenggelamkan diri dalam pikiran kepala orang yang terhukum tadi.
Ketika kepala dipisahkan dari badan si terpidana, Wiertz menunjukkan penderitaan yang luar biasa, sampai meminta agar dibebaskan dari pengaruh hipnosis itu. "Apa yang kau rasakan? Apa yang kau lihat?" tanya dokter. "Hujan petir! (Kepala itu) masih bisa berpikir dan melihat, tapi tak mengerti apa yang baru terjadi. Ia menderita sekali," jawab Wiertz.
Saksi mata melihat beberapa saat setelah kepala terlepas dari badan, pembuluh nadinya masih berdenyut. Baru setelah beberapa saat kepala itu tampaknya menyadari, ia sudah terpisah dari badan, dan Wiertz pun menjadi lebih tenang. Ketika dokter bertanya lagi, ia menjawab, "Saya terbang bebas ke angkasa seperti di atas pusaran api. Tetapi apakah saya mati? Apakah semuanya telah selesai?"
Mengidentifikasikan diri dengan si terpidana, ia mengaku masih ingat semuanya, dan amat merana mengenang keluarganya. Para saksi mengatakan, kedua mata si kepala melotot merana. Kemudian akhirnya, "Saya melihat cahaya kecil berkelap-kelip di kejauhan. Kedamaian menyelimuti saya. Saya akan tidur nyenyak. Betapa bahagia." Itulah kalimat terakhir Wiertz, yang kemudian tidak lagi menjawab meski masih dalam keadaan trance. Dokter D kemudian menyentuh bagian depan dahi, pelipis, dan gigi. Kepala terpidana dingin. Akhirnya, kepala itu mati juga.
Gambaran eksperimen seperti itu sekarang bisa dilihat di Galeri Wiertz di Brussels dalam bentuk tiga buah lukisan sebuah kepala yang telah tertebas pisau guillotine. Benarkah Antoine Wiertz sungguh menyelam ke dasar perasaan orang?
Tipuan hipnosis
Cara-cara mempengaruhi orang macam cerita di atas bisa dijumpai sampai sekarang. Sebagian menggunakannya untuk membantu penyembuhan. Sebagian lagi malah dipakai untuk menipu. Salah satu korban penipuan itu adalah Ny. Nurdiana Manik. Alkisah, ia ditipu Edo dan dua temannya awal Juli lalu saat keluar dari toko swalayan Hero di Bintaro, Jakarta Selatan. Tiba-tiba saja dia didekati seorang lelaki yang mengaku sebagai orang Malaysia. Setelah berbasa-basi, lelaki itu menawarkan sebuah jam Rolex kepadanya. Awalnya, Ny. Nurdiana tak peduli. Namun, bersamaan dengan itu muncul Edo dan seorang temannya yang mencoba "mempengaruhi" Ny. Nurdiana. Entah kenapa, tiba-tiba ia menuruti kemauan lelaki itu. Ia pun dengan enteng memberikan uang Rp 2 juta plus 65 gram emas yang dikenakannya. Belakangan ketahuan jam Rolex itu palsu.

Adakah Ny. Nurdiana terkena hipnosis? Bisa jadi ya. Kalau begitu ia terjerat ilmu kuno. Soalnya, fenomena hipnosis sebenarnya sudah berakar lama. Oleh bangsa Sumeria, misalnya, selama berabad-abad hipnosis dipakai untuk membuat "tidur" orang yang sakit. Setelah masuk dalam kondisi trance proses penyembuhan dilakukan. Dalam keadaan trance, alam bawah sadarlah yang banyak berperan. Akibatnya, hampir seluruh pengolahan data yang terjadi di saraf otak pun terjadi tanpa kita sadari. Di Indonesia, secara tradisional masyarakat ternyata juga telah mengenalnya. Misalnya, kehebatan orang Kubu di Jambi dan masyarakat pinggir Sungai Serayu dengan kemampuan gendam-nya dalam menangkap ikan (Intisari, Februari 1995).
Adalah Franz Anton Mesmer, dokter asal Austria (1734 - 1815) yang mendalami fenomena ini. Ia meyakini, dirinya mengandung sejenis cairan, magnetisme hewani, yang bisa dipindahkan ke orang lain lewat sentuhan. Mesmer pun kemudian membuat "bak mandi magnetik" yang dinamai baquet dan mengisinya dengan zat-zat yang sudah dibuat magnetik. Dengan alat itu dan batang-batang besi Mesmer melakukan terapi pasien-pasiennya.
Hasilnya luar biasa. Pasiennya tak cuma sembuh. Namun, ada yang pingsan, tertawa, kejang-kejang, atau menangis tak terkendali. Selain itu ada pula yang lalu menampilkan kemampuan paranormal: melihat organ dalam tubuh sendiri yang sakit, organ orang lain, bahkan yang jauhnya kiloan meter. Bahkan salah seorang murid Mesmer dapat membuat orang tertidur namun tetap dapat diajak bicara. Itulah fenomena yang semula dikenal dengan somnambulism, atau Mesmeric sleep, kemudian secara luas dikenal sebagai hipnosis. Namun, Mesmer sendiri divonis sebagai terkun oleh kalangan medik di zamannya.
Pengikut aliran Mesmer kemudian berusaha keras melakukan penggalian lebih lanjut ihwal penemuan Mesmer. Menjelang tahun 1840 mereka telah menemukan pelbagai fenomena hipnosis yang utama: gerakan yang dilakukan secara otomatis, gerakan yang terhenti di tengah proses bergerak, halusinasi, dan berbagai tingkat kepekaan orang terhadap pengaruh hipnosis.
Hipnosis kemudian mengalami evolusi, saat James Braid (1843), ahli bedah asal Skotlandia menyimpulkan, hipnosis merupakan hasil catatan yang terekam pada sistem saraf terhadap pengaruh dari si penghipnosis. Braid kemudian membakukan teknik hipnosis dengan menggunakan sugesti verbal untuk maksud penyembuhan. Ia adalah orang pertama yang menyebut hal itu sebagai hipnosis, dari kata hypnos, nama Dewa Tidur Yunani.
Sejak itu hipnosis banyak dipraktikkan dalam pelbagai jenis terapi. Walaupun demikian, efektifitasnya terus diperdebatkan. Tak kurang dari pakar ahli jiwa kenamaan Sigmund Freud turut juga tertarik menerapkan terapi hipnosis untuk kelainan neurotik yang ditanganinya.
Anak-anak lebih mudah
Banyak yang percaya subjek hipnosis yang paling baik adalah orang yang emosional, tetapi stabil, sehingga kira-kira hanya setengah populasi orang dewasa yang bisa dihipnosis. Kesesuaian antara orang yang dihipnosis dan yang menghipnosis sangat mempengaruhi bisa-tidaknya orang masuk dalam kondisi trance.

Penelitian lain membuktikan, anak-anak usia sekitar 10 tahun paling gampang dihipnosis. Sedangkan orang dewasa pria dan wanita sama sulitnya. Yang pasti, tak seorang pun bisa dihipnosis kalau tidak mau.
Guna mengidentifikasi orang yang gampang dihipnosis atau tidak, setiap semester kelompok peneliti dari Universitas Konstanz, Jerman, mengambil contoh 120 mahasiswa. Caranya dengan menggunakan armlevitation test. Mereka yang sedang dalam kondisi trance, tangannya terangkat seperti balon yang terbang ke udara. Sesuatu yang sering juga terjadi bila kita lelap dalam khayal. Peneliti lain menggunakan metode eye roll test. Subjek membalikkan bola matanya dengan perlahan-lahan lalu menutup kelopak matanya. Pada orang yang gampang dihipnosis, bagian pupil yang menghilang lebih banyak.
Tetapi bagaimana sebenarnya proses masuknya pengaruh hipnosis ke dalam tubuh seseorang? Biasanya penghipnosis menyarankan orang itu untuk santai dan menyingkirkan pikiran-pikiran lain. Paling penting adalah orang yang dihipnosis harus percaya dan mau diajak kerja sama oleh penghipnosis. Subjek kemudian diharuskan berkonsentrasi pada satu objek. Saraf mata menjadi lelah, yang akan memunculkan bayangan atau lingkaran yang tak lazim dalam pandangannya. Hal ini membuka jalan bagi penghipnosis untuk mulai mempengaruhi subjek hingga merasa mengantuk. Tetapi bukan tidur pasif, lantaran subjek masih bisa mendengar bila diperintah. Sesudah itu penghipnosis mulai menguji seberapa besar pengaruhnya sudah tertanam dengan perintah sederhana.
Dia mungkin akan meminta subjek mengangkat lengan pada hitungan kelima. Jika hal ini bisa dilakukan, subjek akan merasakan gerak tubuhnya terasa berbeda, misalnya tangan makin berat, atau serasa bergerak sendiri. Dalam keadaan seperti ini subjek telah masuk ke tingkat kesadaran alternatif. Sadar, tapi dapat dipengaruhi. Kendati begitu, pada titik mana hal itu terjadi sulit ditentukan.
Di sini penghipnosis mencoba lagi dengan serangkaian tes yang lebih tinggi, untuk mengetahui sampai di mana batas tingkat kesadarannya. Bagi setiap individu batas kesadaran ini berbeda-beda. Bisa saja subjek tidak merasa sakit bila ditusuk jarum. Atau mungkin bisa mengimajinasikan menulis huruf dalam sebuah papan. Subjek bisa saja tak ingat apa-apa selama proses hipnosis. Yang jelas, sedikit sekali orang yang dapat masuk kondisi terhipnotis level terdalam.
Subjek yang dihipnosis biasanya kehilangan persepsi tubuh dan waktu. Dia mengira dihipnosis selama 10 menit padahal 1,5 jam. Selama itu orang mengalami perubahan fisiologis. Napas dan denyut jantungnya jadi teratur, produksi hormon menurun, dan daya tahan tubuh meningkat. Menurut penelitian lainnya dari Universitas Kostanz, meningkatnya daya tahan tubuh ini karena selama dalam kondisi trance, lebih banyak darah putih yang diikat.
Alternatif pati rasa
Ada dua teori tentang hipnosis. Yang pertama percaya bahwa subjek yang dihipnosis mencapai keadaan tidur dan tidak sadar. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai penghipnosis menghentikan pengaruhnya. Sementara pendapat lain menyatakan, hipnosis hanyalah semacam kerja sama sugesti, atau cara untuk mempengaruhi seseorang. Sesuatu yang digunakan oleh dokter untuk menyembuhkan gejala psikosomatik, atau sugesti yang diberikan sang sutradara kepada pemeran utama agar ia bisa menghayati peran yang dimainkan.

Untuk mendukung teori yang kedua ini mereka mengemukakan fakta bahwa orang yang dihipnosis tidak bisa dipengaruhi untuk melakukan tindakan berbahaya. Bukti EEG (pola gelombang otak) menunjukkan orang yang dihipnosis tidak dalam keadaan tidur.
Dengan bahasanya sendiri, dr. Erwin Kusuma, psikiater di salah satu rumah sakit di Jakarta yang mendalami hipnosis menjelaskan, dalam kasus hipnosis, si penghipnosis mengeluarkan materi badan halus (bioelektromagnetik)-nya untuk mempengaruhi badan halus subjek yang dihipnosis. Dalam pandangannya manusia mempunyai dua sisi, jasmani dan rohani (batin). Sisi jasmani bisa dipecah lagi jadi dua bagian, yakni jasmani kasar (badan fisik) dan jasmani halus (badan halus atau aura). Proses badan halus memerintahkan badan kasar untuk melakukan sesuatu itu disebut dengan hipnosis.
"Itulah yang terjadi pada banyak kasus penipuan. Si penipu menggerakkan badan kasar korban dengan memerintahkan tangan korban mengambil uang atau perhiasan, untuk diserahkan. Proses semacam ini disebut magnetisme," papar Erwin.
Apa pun teori orang tentang hipnosis, fenomena hipnosis terus menantang para peneliti menyelidiki lebih jauh. Sejauh ini hipnosis telah digunakan untuk membantu menimbulkan efek antisakit, menghambat proses penuaan, dan penyelidikan kriminal. Peran anestesi dalam operasi di beberapa tempat banyak yang dicoba diganti dengan hipnosis. Akan tetapi pengukuran fisiologi, misalnya denyut jantung, menunjukkan pasien yang dioperasi di bawah pengaruh hipnosis tetap merasakan sakit dan kecemasan. Dalam kasus lain mereka yang menjalani operasi tanpa hipnosis dan anestesi akan merasa sakit lebih lama.
Dalam percobaan regresi umur (kembali muda), subjek menunjukkan hidup di masa kanak-kanak, dan bisa mengingat hal-hal yang telah lama dilupakan. Cuma detail penceritaannya kadang tidaklah selengkap kalau dia dalam keadaan sadar. Hipnosis juga dipakai untuk menemukan bukti legal dalam kasus hukum. Saksi-saksi yang tidak bisa diajak bekerja sama mungkin bisa dikorek dengan hipnosis. (G. Sujayanto)

0 komentar:

Posting Komentar